"Sunyi dalam Riuh Malam Pergantian
Tahun."
By; Suprihatin
Sore itu sekitar pukul 16.30,
aku dan ibu sedang dalam perjalanan untuk menuju ATM dan mengambil uang yang
akan digunakan ibu untuk sebuah keperluan, jangan kira itu keperluan perayaan
tahun baru.. Bukan.! Ku beri sebuah cerita bahwa selama 16 tahun aku lahir di
dunia ini, tidak pernah sekalipun keluarga kami merayakan tahun baru, kami
cenderung melihat alias menikmati perayaan keluarga lain. Alasannya.? Tidak ada
alasan khusus sebenarnya, kami sejak dulu memang tidak terlalu peduli hal hal
berbau perayaan seperti ini. Tapi bagiku, tahun ini aku memiliki alasan khusus,
aku mulai memahami hukum perayaan tahun baru, jadi aku tahu betul bahwa tidak
seharusnya aku merayakan pergantian tahun. Haram hukumnya bagi umat muslim
merayakan tahun baru lantaran sama saja kamu mengikuti kebiasaan 3 agama yaitu
hindu, Budha, dan kristen.
Tadi ketika aku baru berangkat
jalanan masih sepi dan hanya satu dua kendaraan yang aku lihat lalu lalang,
sempat aku bilang pada ibu "bu, kok sepi ya.? Heran kok gak ada yang
jalan-jalan buat malam tahun baru, tahun kemarin saja ramai banget" ucap
ku pada ibuku sambil melangkah sejajar di sampingnya. "Mungkin pada gak
niat jalan-jalan atau masih nanti berangkat nya, ini kan masih sore." ujar
ibuku yang sama herannya denganku. "Bu, aku kasih tau kita itu gak boleh
loh rayain tahun baru, apalagi pake petasan atau terompet gitu-gitu."
kataku sambil berusaha melangkah disamping ibu yang berjalan cukup cepat
didepan ku. "Iya, lagian kita juga gak pernah rayain kan, gak ada manfaat
buat kita." jawab ibuku. Kami akhirnya sama-sama terdiam dan sibuk dengan
fikiran masing-masing sambil berjalan. Sepanjang jalan aku sibuk mengira-ngira
tentang apa yang orang orang lakukan saat menyambut tahun baru selain
menghidupkan petasan dan lainnya. Maksud ku bukannya semua itu tidak
bermanfaat, ah ada satu manfaat yaitu mendatangkan kegembiraan, tapi kalau aku
fikir lagi tidak ada hubungannya dengan tahun baru, misalnya kalau hanya untuk
senang-senang setiap hari kita bisa melakukan banyak hal untuk bersenang-senang
bukan.? Mengapa harus menunggu pergantian tahun hanya untuk merasakan kegembiraan.?
Jalan fikiran seseorang memang tidak bisa di tebak. Akhirnya aku mengakhiri
kebingunganku saat tanpa sadar aku sudah dekat dengan tempat ATM, kami harus
menyebrang untuk masuk. Disini ada cerita lucu yaitu tukang parkir yang berada
di wilayah ATM itu, awalnya tukang itu sedang duduk bersantai sambil merokok dan mengobrol dengan orang-orang dan ketika
aku dan ibu berhenti tidak jauh dari tempatnya duduk dan bersiap untuk
menyebrang, tiba-tiba saja dia bangkit dan membantu menyebrangkan kami dan mau
tidak mau aku mengucapkan terima kasih padanya. Lucuya disini, tak lama saat
aku berhasil menyebrang aku melihat ada seorang paman yang juga akan menyebrang
tapi tukang parkir itu justru kembali duduk dan tidak perduli. Aku menoleh pada
ibu yang sepertinya juga menyadari hal yang sama “tukang parkir itu modus.” Celetuk ibuku yang
membuatku tertawa dan mengangguk setuju. Akhirnya aku meminta kartu ATM yang
dibawa ibu dan masuk ke ATM sementara ibu meemutuskan untuk menunggu di luar saja sambil beristirahat. Ternyata
ATM ramai sekali.
Setelah selesai dari ATM kami memutuskan
untuk langsung pulang, dan ketika kami keluar dari menuju jalan aku mendapati
banyak sekali lalu lalang kendaraan yang tak terhitung jumlahnya. Setelah berhenti
sejenak untuk membeli pulsa kemudian ibu terlihat bingung apakah harus beli
sesuatu untuk ayah, “menurutmu kita beli sesuatu tidak untuk ayah.?” Tanya ibu
ku. “sebaiknya ibu beli sesuatu, kasihan juga sih kalo ayah nunggu trus kita
tidak beli apa-apa.” Saran ku pada ibu. Akhirnya ibu memutuskan membeli
gorengan di seberang jalan dan aku memutuskan untuk menunggu saja dan tidak
ikut menyebrang. Saat itulah aku melihat
banyak sekali mobil yang membawa banyak remaja yang bia kutebak mereka akan
melakukan pengajian untuk mengisi malam tahun baruan, bukankah mereka sangat
hebat.? Saat anak lain sibuk bersenang-senang mereka justru sibuk mengingat
tuhan, dan sejujurnya aku iri pada mereka, aku ingin ikut dengan mereka hanya
saja keadaan tidak memungkinkan karena aku bukan anak yang luas dalam
pergaulan, di daerahku aku hampir tidak memiliki teman. Aku tiba-tiba berharap
agar aku bertemu seseorang yang mau mengajakku datang ke pengajian, meskipun
hanya sebentar atau sekali saja. Lamunanku terhenti saat ibu sudah menyebrang
dan mengajakku pulang, dalam perjalanan semakin banyak kendaraan yang lalu
lalang dan kami pejalan kaki harus benar-benar berhati-hati agar tidak terjadi
hal yang tidak diinginkan. “ini pasti gara-gara kamu tadi bilang jalannya sepi
jadinya malah ramai sekali” sahut ibuku di antara desing kendaraan. “mana mungkin
bu, apa aku harus bilang kalau ini ramai sekali biar sepi.?” Jawabku sambil
sedikit tertawa. “sekarang tidak berpengaruh lagi apa yang kamu bilang itu”
jawab ibuku yang membuat kamu tertwa sepanjang jalan sampai kerumah.
Sekarang pukul 23.55 malam dan
aku sedang berada di rumah bibiku sambil tiduran dan menonton big movies tahun
baru, semua orang sudah tidur kecuali aku. Kalian lihat kan, tidak ada
keluargaku yang memiliki niat untuk merayakan pergantian tahun. Aku hanya mengganti
channel sana sini karena semua hanya berisi berita berita perayaan di berbagai
daerah dan itu kelihatan membosankan sekali, rumah ini sangat sunyi dan aku
jadi merenung sendiri. Diluaran sana orang-orang muslim dan non-muslim
merayakan malam pergantian tahun, berteriak, bergembira, tertawa,, dan bersiap-siap
menyambut jam 00.00, mereka tidak sadar bahwa mereka baru saja menyelisihi
sunah nabi Muhammad SAW untuk tidak melakukan perayaan kecuali apa yang ia
sunahkan dan tercantum dalam Al-Qur’an. Aku juga ingat kata kata yang aku baca
tadi bahwa mungkin saja saat umat muslim sibuk menuip terompet dan menjadi
kafir, di langit malaikat isrofil mungkin juga bersiap untuk meniup terompetnya
dan terjadi kiamat saat banyak sekali umat muslim yang menjadi kafir. Diluar mulai
banyak keramaian dan bunyi bunyian petasan mulai terdengar dari berbagai tempat,
“hey, ini bahkan baru pukul 23.57 apa jam mereka rusak.?” Batinku mengerutu.
Aku memang merasa iri dan ingin
ikut melakukan perayaan, tapi aku berusaha agar apa yang aku lakukan tidak melawan
larangan Allah dan rosulnya. Sebab bila tetap nekat untuk melakukan perayaan
kemudian kita merasa senang, maka itu hanyalah kesenangan sementara yang kelak
akan dibalas dengan kesedihan pada hari pembalasan kelak. Setidaknya biarlah
aku sedih di dunia tapi semoga suatu saat allah akan membalas dengan bahagia
den meraih surga-Nya yang kami umat muslim rindukan. Aamiin.
Sekian dan terimakasih telah
membaca karya amatir seperti saya..